Oh Ternyata

 

 

Rumah Sakit

Aku menghela nafas perlahan ,berusaha menenangkan hati dan pikiran menahan air mata yang tak hentinya mengalir membasahi pipi “Ibu cepatlah sembuh”

Ibu mengangkat kepalanya lantas menatap sunyi mengangguk.

“Gimana kabarnya sayang,apa kau baik-baik saja?”Ibu bertanya pelan.

Aku tersenyum getir mengangguk.

Diam sejenak menundukan kepala.Sungguh hati ini lara memikirkan ibu.

Bulan purnama menggantung di angkasa menebarkan senyumnya.Bintang yang bertaburan laksana permata mengelipkan kilaunya.Suara angin menari-nari terdengar berirama.Semua itu ku tatap dari bilik jendela namun kekhawatiran akan ibu membuat sepi banyak hal.Mungkin juga perasaan ibu yang sedang menahan lara di Rumah Sakit Umum yang terletak persis di pinggir kota ini yang terlihat amat sepi.Hanya sesekali suara injakan kaki yang terdengar dari dalam kamar rawat ibu ini.Mungkin perawat yang sedang membawa alat medis ataukah yang lainnya,entahlah.

Aku duduk di depan ibu yang terbaring lemas dengan peralatan medis yang melekat ditubuhnya.

“maafkan aku ibu”aku menggigit bibir lantas menunduk lagi.

Ibu menatap wajahku lamat-lamat.”tidak ada yang perlu dimaafkan.Semua sudah berlalu.Tertinggal jauh dibelakang.”Ibu menelan ludah menyisikan suaranya lirih.

“Sungguh maafkan aku ibu’’.Aku menyeka sudut-sudut mataku.”Aku tidak pernah tahu ibu akan seperti ini jadinya’’.

Ibu menggeleng pelan.”Kau tidak harus meminta maaf anakku,meskipun kau tahu,setelahkau memutuskan untuk melakukan itu semua,ibu telah membujuk agar hati ibu tetap tegar’’.

“Kenapa bapak baru memberi tahuku sekrang?”Ku menatap perlahan kepada bapak Slamet  wali kelasku dulu yang sedang berdiri disampingku.

***

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *